Pola penggunaan lahan untuk
perumahan direncanakan untuk tersebar di berbagai kawasan, agar kepadatan
penduduk bisa merata dan tidak hanya terjadi pada satu kawasan saja. Arah
perkembangan yang diharapkan dapat mengikuti pola perkembangan perumahan yang
sudah ada. Pengendalian pola penggunaan lahan yang terbatas pada lahan yang
dapat dibangun membuat arahan pembangunan diarahkan untuk pembangunan rumah
secara vertikal dengan konsep memperkecil KDB dengan memperbesar KLB atau rumah
bertingkat dan rumah susun yang penggunaan lahan nya dapat diperkecil namun
dapat menampung kebutuhan. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman tersebut
direncanakan pada beberapa wilayah di Kelurahan Jatimulyo. Hal itu disebabkan
ketersediaan lahan untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di
wilayah Kelurahan Jatimulyo sangat terbatas.
Pembangunan guna lahan untuk
sarana memerlukan pembangunan fisik ataupun non-fisik maupun gabungan dari
pembangunan fisik dan non fisik. Perbaikan yang dilakukan dengan penambahan
bangunan ataupun ruang secara vertikal. Perbaikan fisik bangunan sarana
dilakukan jika bangun sudah mengalami kerusakan dan meningkatkan skala
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kelurahan Jatimulyo hingga tahun
2032 untuk menambah lahan untuk sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilakukan
dengan konservasi lahan yang berada disekitar sungai yang melanggar garis
sempadan sungai dan pemanfaatan lahan kosong yang belum dimanfaatkan sebagai
lahan terbangun untuk dapat memenuhi kebutuhan lahan hingga 20 tahun ke
depan atau hingga tahun 2032.
Permasalahan
yang berkaitan dengan fungsi guna lahan di Kelurahan Jatimulyo antara lain adalah
penggunaan lahan di sepanjang sempadan sungai Brantas yang seharusnya digunakan
sebagai lahan untuk Ruang Terbuka Hijau menjadi lahan permukiman maupun lahan
perdagangan dan jasa. Lahan yang berada di sekitar sungai tersebut merupakan
kawasan konservasi yang harus dijaga keberadaanya, bukan dimanfaatkan menjadi
lahan terbangun untuk kawasan perumahan ataupun sarana
